Masalah kesehatan mental di kalangan mahasiswa seringkali menjadi tabu untuk dibicarakan. Stigma yang melekat membuat banyak mahasiswa enggan untuk mencari bantuan dan merasa malu untuk mengakui bahwa mereka sedang mengalami masalah mental. Padahal, mengatasi stigma terhadap masalah kesehatan mental di kalangan mahasiswa sangat penting untuk memastikan kesejahteraan dan kesuksesan akademik mereka.
Menurut data yang dihimpun oleh Indonesian Mental Health Association (IMHA), sekitar 30% mahasiswa di Indonesia mengalami masalah kesehatan mental. Namun, hanya sebagian kecil dari mereka yang benar-benar mencari bantuan profesional. Hal ini disebabkan oleh stigma yang masih melekat kuat di masyarakat terkait dengan masalah kesehatan mental.
Dr. Adi Utarini, seorang ahli kesehatan masyarakat dari Universitas Gadjah Mada, mengatakan bahwa mengatasi stigma terhadap masalah kesehatan mental di kalangan mahasiswa memerlukan pendekatan yang holistik. “Edukasi tentang kesehatan mental harus dimulai sejak dini, baik di lingkungan keluarga maupun di institusi pendidikan,” ujar Dr. Adi.
Selain itu, peran perguruan tinggi juga sangat penting dalam mengatasi stigma terhadap masalah kesehatan mental di kalangan mahasiswa. Prof. Bambang Hidayat, seorang psikolog klinis dari Universitas Indonesia, menekankan pentingnya adanya layanan konseling dan dukungan psikologis yang memadai di setiap perguruan tinggi. “Mahasiswa harus merasa nyaman dan aman untuk berbicara tentang masalah kesehatan mental yang mereka alami tanpa takut akan dicap sebagai orang yang lemah atau gila,” tambah Prof. Bambang.
Sebagai mahasiswa, kita juga memiliki peran penting dalam mengatasi stigma terhadap masalah kesehatan mental. Mari kita saling mendukung satu sama lain dan tidak menghakimi jika ada teman kita yang sedang mengalami masalah kesehatan mental. Kita juga harus mengedukasi diri sendiri tentang pentingnya kesehatan mental dan cara-cara untuk merawatnya.
Dengan bersama-sama mengatasi stigma terhadap masalah kesehatan mental di kalangan mahasiswa, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung bagi semua orang. Jangan biarkan stigma menghalangi langkah-langkah kita menuju kesejahteraan mental yang lebih baik. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.